Gema adzan Subuh berkumandang. Terdengar nadanya yang kuat sebagai
seruan agar santri-santri segera bangkit dari tidur panjang. Mereka yang belum
juga bangun meskipun adzan telah usai, maka akan mendapat irama bising yang
dihasilkan dari benturan tongkat dan lantai.
“Dok-dok… dok-dook..” suara yang bertalu-talu tersebut nampaknya cukup menggugah para
santri untuk beranjak dari tempat tidur. Ternyata inilah yang disebut oprak-oprak.
Suatu cara yang dilakukan pengurus dalam membangunkan santri. Unik memang, dan
terus dilakukan turun temurun, dari masa ke masa.
Subuh demi subuh telah dijalani. Saya pun semakin memahami tentang
bagaimana kehidupan di pondok yang bernuansa Islami. Sopan santun berperilaku
sebagai seorang santri juga perlahan-lahan bisa diikuti. Ada sebuah kejadian
yang teringat hingga kini. Suatu ketika saya ditegur seorang ustad sebab
melihat saya membawa al-Qur’an dengan cara ditenteng (sejajar pinggang).
“Taufik, bukan begitu caranya membawa al-Qur’an”. Tegur beliau,
ustad Ghofur Saputra.
“Begini caranya” jelas beliau sembari mengubah posisi tangan saya.
Maka, jadilah tangan kanan saya mendekap al-Qur’an didada.
Lain waktu seorang teman memberitau kalau memegang al-Qur’an itu
harus dalam kondisi suci; maksudnya wajib (punya) wudlu terlebih dahulu.
Terkait dengan mempelajari al-Qur’an, mbah kyai berpesan; bahwa
mengaji al-Qur’an itu harus ada gurunya. Ketentuan ini memang benar adanya.
Sebab, belajar membaca (mengaji) al-Qur’an tidak bisa otodidak. Perlu adanya
kehadiran guru dan murid ditempat yang sama, saling berhadapan.
Pada prakteknya; bacaan yang salah bisa langsung dibenarkan oleh
guru. Murid pun akan dapat memahami dimana letak kesalahannya dan berusaha
hati-hati untuk tidak salah lagi.
***
Subuh yang dingin.
Suasana mengaji al-Qur’an di Pondok Pesantren An Nur sangatlah
mengagumkan. Ratusan santri terlihat khusyuk melafalkan ayat-ayat suci
al-Qur’an di aula pesantren. Rutinitas seperti ini berlangsung saat usai sholat
Subuh, Maghrib dan Isya’.
Rutin pula membaca hafalan al-Qur’an bersama-sama (disebut deresan)
sebanyak enam juz, dimulai dari pukul 09.00 yang diikuti oleh seluruh santri takhasus
(santri yang hanya mondok/non pelajar). Adapun enam juz yang dibaca
telah terjadwal; hari ini juz 1, 6, 11, 16, 21, dan 26. Hari berikutnya; juz 2,
7, 12, 17, 22, dan 27. Demikian seterusnya.
Komentar
Posting Komentar