Berguru Pada Kyai (2)

Gema adzan Subuh berkumandang. Terdengar nadanya yang kuat sebagai seruan agar santri-santri segera bangkit dari tidur panjang. Mereka yang belum juga bangun meskipun adzan telah usai, maka akan mendapat irama bising yang dihasilkan dari benturan tongkat dan lantai.
“Dok-dok… dok-dook..” suara yang bertalu-talu tersebut nampaknya cukup menggugah para santri untuk beranjak dari tempat tidur. Ternyata inilah yang disebut oprak-oprak. Suatu cara yang dilakukan pengurus dalam membangunkan santri. Unik memang, dan terus dilakukan turun temurun, dari masa ke masa.
Subuh demi subuh telah dijalani. Saya pun semakin memahami tentang bagaimana kehidupan di pondok yang bernuansa Islami. Sopan santun berperilaku sebagai seorang santri juga perlahan-lahan bisa diikuti. Ada sebuah kejadian yang teringat hingga kini. Suatu ketika saya ditegur seorang ustad sebab melihat saya membawa al-Qur’an dengan cara ditenteng (sejajar pinggang).
“Taufik, bukan begitu caranya membawa al-Qur’an”. Tegur beliau, ustad Ghofur Saputra.
“Begini caranya” jelas beliau sembari mengubah posisi tangan saya. Maka, jadilah tangan kanan saya mendekap al-Qur’an didada.
Lain waktu seorang teman memberitau kalau memegang al-Qur’an itu harus dalam kondisi suci; maksudnya wajib (punya) wudlu terlebih dahulu.
Terkait dengan mempelajari al-Qur’an, mbah kyai berpesan; bahwa mengaji al-Qur’an itu harus ada gurunya. Ketentuan ini memang benar adanya. Sebab, belajar membaca (mengaji) al-Qur’an tidak bisa otodidak. Perlu adanya kehadiran guru dan murid ditempat yang sama, saling berhadapan.
Pada prakteknya; bacaan yang salah bisa langsung dibenarkan oleh guru. Murid pun akan dapat memahami dimana letak kesalahannya dan berusaha hati-hati untuk tidak salah lagi.
***
Subuh yang dingin.
Suasana mengaji al-Qur’an di Pondok Pesantren An Nur sangatlah mengagumkan. Ratusan santri terlihat khusyuk melafalkan ayat-ayat suci al-Qur’an di aula pesantren. Rutinitas seperti ini berlangsung saat usai sholat Subuh, Maghrib dan Isya’.
Rutin pula membaca hafalan al-Qur’an bersama-sama (disebut deresan) sebanyak enam juz, dimulai dari pukul 09.00 yang diikuti oleh seluruh santri takhasus (santri yang hanya mondok/non pelajar). Adapun enam juz yang dibaca telah terjadwal; hari ini juz 1, 6, 11, 16, 21, dan 26. Hari berikutnya; juz 2, 7, 12, 17, 22, dan 27. Demikian seterusnya.

Komentar